×

Pusat Data Amazon, Google, dan Microsoft Ternyata Boros Air di Daerah Rawan Kekeringan

Raksasa Teknologi Boros Air di Wilayah Kering

Amazon, Google, dan Microsoft terus memperluas pusat data mereka di daerah yang mengalami kekurangan air. Penggunaan air untuk sistem pendingin menimbulkan kontroversi dan kemarahan warga lokal.

Ekspansi Data Center di Tengah Krisis Air

Tiga raksasa teknologi — Amazon, Microsoft, dan Google — gencar membangun pusat data di wilayah yang kekurangan air, seperti Spanyol dan negara bagian kering di Amerika Serikat. Padahal, fasilitas-fasilitas ini membutuhkan jutaan meter kubik air setiap tahun untuk menjaga suhu server tetap stabil.

Sebuah investigasi gabungan oleh SourceMaterial dan The Guardian mencatat bahwa:

  • Saat ini ada 38 pusat data aktif di wilayah kering.
  • 24 lainnya sedang dibangun.
  • Perusahaan-perusahaan tersebut berencana meningkatkan jumlah pusat data sebesar 78% demi memenuhi kebutuhan layanan awan (cloud) dan kecerdasan buatan (AI).

Kasus di Spanyol: Awanmu Mengeringkan Sungai Kami

Di wilayah Aragon, Spanyol, Amazon tengah membangun tiga pusat data baru. Ketiganya akan menyedot hingga 756 ribu meter kubik air per tahun — setara dengan irigasi 233 hektar ladang jagung.

Kelompok aktivis lokal Tu Nube Seca Mi Río (“Awanmu Mengeringkan Sungai Kami”) menuntut moratorium pembangunan. Mereka menilai pusat data terlalu membebani sumber daya air yang sudah kritis.

Janji “Netral Air”: Solusi atau Ilusi?

Amazon menyatakan bahwa pada tahun 2030, mereka akan menjadi perusahaan “air-positif”, yaitu mengembalikan lebih banyak air ke lingkungan daripada yang digunakan. Microsoft dan Google juga mengumumkan target serupa.

Namun, mantan manajer keberlanjutan Amazon, Nathan Wamgusi, meragukan efektivitas klaim tersebut:

“Saya pernah bilang ini tidak etis. Kompensasi tidak menyelesaikan masalah nyata di lapangan.”

Amerika Serikat: Google dan Meta di Tengah Kekeringan

Kondisi serupa terjadi di AS. Google sedang membangun enam pusat data baru di negara bagian kering seperti Arizona, yang sudah menampung dua fasilitas milik Meta. Salah satu proyek Google di Mesa mendapat izin untuk menyerap hingga 5,5 juta meter kubik air per tahun — cukup untuk kebutuhan 23 ribu penduduk.

Meski Google mengklaim akan beralih ke pendingin udara, banyak pihak menilai langkah itu belum cukup untuk meredam dampak lingkungan.

Kesimpulan: Pertumbuhan Cepat, Sumber Daya Tercekik

Meski perusahaan teknologi menjanjikan inisiatif hijau dan kompensasi, fakta di lapangan menunjukkan sebaliknya: ekspansi tetap berlangsung di wilayah yang paling rentan terhadap krisis air.

Pertanyaannya: apakah upaya mereka cukup untuk melindungi sumber daya air — atau hanya sekadar strategi pemasaran?

Kirim Komentar