Telegram Tolak Buka Akses Chat Pribadi, Siap Tinggalkan Pasar
Telegram Tolak Buka Akses Chat Pribadi, Siap Tinggalkan Pasar
Selama lebih dari satu dekade, Telegram menjadi simbol perlindungan privasi digital. Pendiri platform ini, Pavel Durov, kembali menegaskan bahwa aplikasi pesan ini belum pernah membocorkan satu byte pun pesan pribadi pengguna selama 12 tahun beroperasi.
Privasi di Atas Segalanya
Telegram kerap menjadi sorotan pemerintah berbagai negara karena menolak memberikan kunci enkripsi kepada aparat penegak hukum. Pemerintah beralasan bahwa akses semacam itu dibutuhkan untuk memerangi aktivitas kriminal di dunia maya.
Namun, Durov menegaskan bahwa membuka pintu belakang (backdoor) untuk pihak berwenang justru akan membuka celah bagi pihak jahat — seperti peretas — untuk mengakses data sensitif. Menurutnya, sekali sistem backdoor dibuat, mustahil memastikan hanya polisi yang bisa mengaksesnya.
“Kami tidak menjual privasi demi pangsa pasar,” kata Durov.
Penolakan di Tingkat Global
Baru-baru ini, Parlemen Prancis menolak proposal yang mewajibkan aplikasi perpesanan menyediakan akses untuk polisi melalui backdoor. Durov menyambut baik keputusan ini dan menjadikannya bukti bahwa privasi masih dihargai di dunia digital.
Telegram tetap berkomitmen pada prinsipnya: meskipun undang-undang Uni Eropa tentang layanan digital memperbolehkan pengungkapan alamat IP dan nomor telepon tersangka atas perintah pengadilan, isi percakapan tetap terlindungi.
Komitmen Telegram: Tidak Ada Kompromi
- Tidak pernah mengungkap isi pesan pribadi sejak 2013
- Menolak membuat sistem backdoor
- Hanya membagikan data non-pribadi berdasarkan perintah pengadilan
- Siap mundur dari pasar bila dipaksa melanggar prinsip enkripsi
Kesimpulan: Privasi Bukan untuk Dijual
Telegram menunjukkan bahwa keamanan digital dan hak privasi adalah fondasi yang tidak bisa dikompromikan. Di tengah tekanan global, platform ini memilih mempertahankan prinsipnya — meski harus meninggalkan pasar.
Kirim Komentar